13 April 2014

Ketika Aurat Dipertontonkan

Assalamu'alaikum wr.wb...

Di pagi ini, saya ingin menuliskan tentang sebuah kisah sahabat Baginda Rasulullah SAW yang saya dapatkan kisahnya dari guru ngaji saya semalam. Nama sahabat Rasulullah SAW tersebut adalah Tsa'labah bin Abdurrohman.

Beliau adalah sahabat yang biasa bertugas mengantarkan surat Rasulullah SAW kepada kaum. dan dia adalah seorang sangat setia kepada Rasulullah SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW mengutus beliau untuk mengantarkan suatu surat kepada kaum, dan seperti biasanya beliaupun melaksanakan perintah Rasulullah SAW tersebut. Namun, di perjalanan Tsa'labah bin Abdurrohman ini tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang mandi. Wanita ini menurut keterangan tidak mandi dengan kondisi terbuka semua auratnya. atau kalu diumpakan dengan bahasa kita seperti mandi menggunakan sarung seperti di pedesaan.

Melihat kejadian tersebut, Tsa'labah pun berlari sambil menangis dan memohon ampun pada Allah SWT atas kejadian yang telah dilakukannya. Beliau terus berlari hingga naik ke pegunungan antara Mekah dan Madinah. Beliau malu bertemu Rasulullah SAW karena menurutnya Rasulullah sudah pasti mendapatkan kabar wahyu dari Allah SWT atas perbuatannya.

Selama 40 hari beliau tidak kembali, dan Rasulullah SAW pun merasa kehilangan dan Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat tentang keberadaan beliau, dan tidak ada seorang sahabatpun yang mengetahui keberadaannya. Lalu Jibril alaihissalam turun kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan memberitahukan kepada Nabi SAW bahwa laki-laki tersebut berada di gunung sedang memohon ampunan kepada Allah.

Mengetahui kabar tersebut, Rasulullah SAW mengutus dua orang sahabat Umar dan Salman Al-farizi untuk menjemput Tsa'labah. Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Wahai Umar (ibn Khaththab) dan Salman (al-Farisi)! Pergilah cari Tsa’labah bin Aburrahman, lalu bawa kemari.”

Keduanya pun lalu pergi hingga sampailah mereka menyusuri perbukitan di sekitar Madinah. Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah.

Umar bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?”

Penggembala itu menjawab, “Apakah yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?”

“Bagaimana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar.

Dzaufafah menjawab, “Karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan-Mu!”

“Ya, dialah yang kami maksud,” tegas Umar.

Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.
Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai Tuhan!, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan-Mu!”

Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya.

Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?”

“Aku tidak tahu, yg jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu.”, jawab Umar.

Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan shalat”

Ketika mereka menemukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tengah melakukan shalat, Umar dan Salman radiyalahu ‘anhuma segera mengisi shaf. Tatkala Tsa’labah mendengar bacaan ayat Allah yang dibaca Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, dia tersungkur dan jatuh pingsan.

Setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mengucapkan salam, beliau bersabda, “Wahai Umar! Wahai Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa’labah?”

Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah!”

Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa’labah yg membuatnya tersadar.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata kepadanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?”

Tsa’labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!”

Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam mengatakan, “Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang apat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?”

“Benar, wahai Rasulullah.”, jawab Tsa’labah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Katakan… Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.” (QS al-Baqarah: 201)

Tsa’labah berkata, “Dosaku wahai Rasulullah, sungguh sangat besar.”

Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Akan tetapi kalamullah lebih besar.”

Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan Tsa’labah agar pulang kerumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari.

Mendengar Tsa’labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa’labah? Dia sekarang sedang sakit keras.”

Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa’labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau.

“Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?” tanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.

“Karena aku penuh dengan dosa.” Jawabnya

Beliau bertanya lagi, “Bagaimana yang engkau rasakan?”

“Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku.” Jawab Tsa’labah.

Beliau bertanya, “Apa yang kau inginkan?”

“Ampunan Tuhanku”, jawabnya.

Maka turunlah Jibril ‘alaihissalam dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, `Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka segera Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam membertahukan hal itu kepada Tsa’labah. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa’labah dan langsung meninggal.

Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan agar Tsa’labah segera dimandikan dan dikafani.

Ketika telah selesai menyalatkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat.”

Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Karena banyaknya malaikat yang turun melayat Tsa’labah.”

Demikianlah kisah seorang sahabat Rasululullah Tsa'labah bin Abdurrohman, sungguh sangat ironis kalau kita melihat kondisi di jaman sekarang ini.Ketika aurat dipertontonkan, kita yang melihat maupun yang mengumbar aurat tidak ada sama sekali merasa berdosa. Naudzubillah.... ya Allah...
saya sangat terenyuh sekali mendengar kisah tersebut. Seorang sahabat Rasul yang tidak sengaja melihat wanita mandi dan itupun tidak melihat seluruh auratnya, namun beliau terus bertaubat, sedangkan kita kadang sengaja maupun tidak sengaja melihat aurat wanita dan tidak merasa sama sekali akan dosa, kemana iman kita, kemana sholat kita. bukankan sholat itu bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, kalu begitu kita harus perbaiki sholat kita, benahi wudhu kita, benahi sholat kita, perbanyak istighfar. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayahNya kepada kita semua..amiin..

Sungguh telah banyak dosa yang telah saya lakukan namun terkadang saya tidak merasa bersalah seperti yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW - Tsa'labah Bin Abdurrohman...

Maka dari itu, saya ingin mengajak semua sahabat blogger yang masih doyan yang namanya pornografi, mari kita tinggalkanlah, seharusnya kita malu sama Allah SWT yang Maha Melihat. dan untuk semua sahabat yang suka mengumbar aurat, ingatlah akan dosa. kita tidak selama hidup selamanya di dunia, dan setiap anggota tubuh kita akan dimintai pertanggung jawabannya dan akan menjadi saksi di akherat kelak.

Sumber : Guru saya -  Ust. Fauzi dan beberapa sedikit dicopy kisahnya dari google

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Sponsered by Free Blog templates | Blog Tips by Best Blogging Tutorials