20 November 2010

Siapa Memudahkan Akan Dimudahkan

Oleh : Ust. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

http://i56.tinypic.com/5cd9mu.jpgDari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mu'min di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya bersama-sama, kecuali ketentraman akan turun kepada mereka, rahmat akan memenuhi mereka, malaikat menaungi mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan makhkluk yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang terlambat amalnya, maka nasabnya tidak akan mempercepat (nasibnya)” (HR. Muslim)


Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Allah SWT telah menetapkan sunnatullah dalam hubungan sosial (baca ; hablumminannas) yaitu bahwasanya siapa yang berbuat baik, maka kebaikannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebaliknya siapa berbuat jahat (tidak baik), maka kejahatannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri pula. Oleh karenanya hendaknya setiap kita senantiasa berusaha untuk berbuat baik terhadap siapapun. Dan diantara bentuknya adalah memudahkan uruasan dan kesulitan orang lain, khususnya yang sedang mendapatkan kesulitan. Allah SWT berfirman :

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا...
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri...” (QS. Al-Isra'/ 17 : 7)

2. Bahwa benefit memudahkan orang lain yang sedang kesuiltan adalah bahwa ia akan dimudahkan oleh Allah SWT, atas segala kesulitannya baik terkait urusan dunia maupun urusan akhirat. Teks hadits di atas sangat jelas menggambarkan hal tersebut ( ومن يسر على معسر يسره الله عليه في الدينا والآخرة ) “...dan barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat” Dan alangkah beruntungnya seseorang yang kesehariannya senantiasa berusaha untuk memudahkan urusan orang-orang yang sedang kesulitan. Karena benefit yang akan diperolehnya adalah ia akan mendapatkan kemudahan dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Dan jika kita renungkan, pekerjaan kita sehari-hari adalah dalam rangka memudahkan urusan orang yang terkena risiko (baca ; tertimpa musibah). Jika kita meniatkan dengan ikhlas insya Allah kita akan dimudahkan Allah SWT dalam segala kesulitan kita.

3. Anjuran untuk menutupi aib (baca ; keburukan) antara sesama saudara seiman. Karena pada hakekatnya setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dan sesama saudara, hendaknya saling menutupi aib dan tidak mengumbar dan menyebarluaskan aib sesama muslim kepada orang-orang yang tidak memiliki kepentingan. Kecuali dengan maksud memperbaiki dan atau agar keburukannya tidak menyebar luas. Dalam sebuah hadits digambarkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ - رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Setiap muslim adalah haram bagi muslim lainnya. (yaitu) darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

4. Bahwa ternyata salah satu “penyebab” datangnya pertolongan dari Allah SWT adalah karena kita menolong orang lain yang sedang kesulitan. Hadits di atas dengan jelas menggambarkan hal tersebut ( والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه ) “Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” Oleh karenanya kita dianjurkan untuk senantiasa memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memang sedang kesulitan dan memerlukan bantuan dan pertolongan dari kita. Dalam koteks kekitaan diantaranya adalah para nasabah kita. Karena dengan demikian, Allah akan selalu memberikan pertolongan-Nya kepada kita (baca ; nashrullah).

5. Bahwa orang yang belajar menuntut ilmu, pada hakekatnya ia sedang menapaki jalan menuju surga Allah SWT. Dan alangkah indahnya apabila hari-hari kita dilalui dengan motivasi dasar untuk menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu tidak harus berada di sebuah tempat pendidikan formal. Menuntut ilmu bisa dimana saja, termasuk di dalamnya dalam majlis ta'lim. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun merupakan tempat yang baik untuk menuntut ilmu. Ia bernama Universitas Kehidupan. Dimana kita sebagai mahasiswanya, sementara orang diluar kita adalah para dosennya. Banyak hikmah yang dapat kita petik dari orang lain, bahkan dari seorang tukang becak, pedagang asongan, atau penjaja makanan. Oleh karenanya penting bagi kita semua untuk senantiasa tiada henti mencari ilmu, dimanapun dan kapanpun. Dan ilmu yang terbaik adalah ilmu yang dapat mengantarkan kita kepada keridhaan Allah SWT.

6. Majlis-majlis ilmu adalah majlis yang di dalamnya dibacakan ayat-ayat Allah SWT, dipahami makna-maknanya, serta saling memberikan nasehat untuk menambah keimanan dan ketakwaan sebagaimana yang senantiasa kita lakukan secara rutin ini. Dan majlis seperti ini memiliki benefit yang mulia, yaitu :
  • Mendapatkan ketenangan dan ketentraman (sakinah). Insya Allah orang-orang yang senantiasa mendatangi majelis-majelis seperti ini akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam hatinya.
  • Mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Rahmat Allah dapat berupa rizki yang bertambah, keluarga yang sakinah, atau mendapatkan cinta dan penghormatan dari orang-orang di sekelilingnya.
  • Dikelilingi para Malaikat, yang selalu mendoakan kepada Allah SWT untuk kebaikannya, selama majelis tersebut berlangsung.
  • Dipuji Allah dihadapan makhluk yang berada di sisi Allah SWT, yaitu para malaikat yang mulia, yang berada di sekitar Allah SWT.
7. Kebahagiaan hakiki tidak dicapai dengan kedudukan dan keturunan, tetapi dengan amal yang baik. Sehingga kendatipun seseorang merupakan keturunan para ulama, atau memiliki link ke para penguasa, namun itu semua tidak akan pernah mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, jika ia tidak berusaha untuk beramal shaleh. Sebaliknya, bahwa siapa saja yang berusaha mengerjakan amal shaleh dengan sebaik-baiknya, insya Allah akan mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl/ 16 : 97)

2 comments:

saidiblogger said...

subhanallah.. jazakallah atas tausyiahnya.. mudah2an mndpat balasan yang setimpal.. :D

Masjid Kita said...

Demikian pula halnya dengan makna filosofi “Siapa yang menabur angin akan menuai badai”

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Sponsered by Free Blog templates | Blog Tips by Best Blogging Tutorials